Al Khansa radhiyallahu’anha: Wanita Penyabar, Ibu Para Mujahid

185805_188564744509287_100000672885439_508298_6825486_n

Ia adalah Al-Khansa’, namun nama sebenarnya adalah Tumadhar binti ‘Amr bin Syuraid bin ‘Ushayyah As-Sulamiyah. Al Khansa’ merupakan seorang sahabat wanita yang mulia dan sangat terkenal sebagai penyair.

Al-Khansa’ wanita yang bijaksana dan cerdas. Semua orang mengetahui kedudukan dan keahliannya yang luar biasa dalam berpuisi. Bahkan, semua sastrawan sepakat bahwa tidak ada wanita yang memiliki kekuatan puisi yang lebih hebat dari Al-Khansa’, baik di masa lalu maupun masa berikutnya.

Selain mahir berpuisi, sebenarnya Al-Khansa’ juga memiliki kepribadian yang sangat kuat, akhlak mulia, pandangan yang tajam, sabar dan berani.

Masuk Islam

Takdir Allah Swt akhirnya menghendaki iman berarak di atas Al-Khansa’ yang kemudian menumpahkan air hujan keimanan ke dalam dadanya, hingga iman menyentuh lubuk hatinya yang paling dalam dan memberi denyut kehidupan hakiki kepadanya. Al-Khansa’ bangkit dengan menepis debu-debu jahiliyah dan mengusung panji tauhid untuk memberi pelajaran kepada seluruh jagat raya yang tidak akan dilupakan dalam catatan sejarah sepanjang masa.

Al-Khansa’ ikut dalam rombongan kabilahnya, Bani Sulaiman, untuk menemui Nabi Saw. dan menyatakan keislamannya. Al-Khansa’ sangat sedih dan menangisi perjalanan hidup yang telah dilaluinya yang jauh dari cahaya iman dan merasa telah tertinggal begitu jauh dari sekian banyak kebaikan. Untuk itu, ia bertekad untuk mengejar ketertinggalannya dan rela mengorbankan apa saja yang dimiliknya demi membela agama yang agung ini.

Keadaannya berubah total setelah ia masuk Islam, ujian yang dialaminya menjadi kesabaran yang didasari iman dan dihiasi oleh takwa, hingga ia tidak lagi merasa sedih ketika kehilangan apa pun dari kenikmatan duniawi ini.

Ketika Mutsanna bin Haritsah asy-Syaibani berangkat ke Qadisiyah di masa Umar bin Khattab radhiyallahu’anhu, Al-Khansa’ turut berangkat bersama keempat puteranya untuk menyertai pasukan tersebut.

Empat putera kandung Al-Khansa’ yang merupakan buah hati dan denyut jantungnya, bergabung dengan pasukan muslim yang ditugaskan menyerang Qadisiyah. Sehari sebelum perang, Al-Khansa’ ra. Menyampaikan beberapa wasiat kepada putera-puteranya,

“Hai Putra-putraku, kalian semua memeluk Islam dengan suka rela dan berhijrah dengan senang hati. Demi Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia, sesungguhnya kalian adalah keturunan dari satu ayah dan satu ibu. Aku tidak pernah merendahkan kehormatan dan merubah garis keturunan kalian. Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan akhirat jauh lebih baik daripada kehidupan dunia yang fana.

Putra-putraku, sabarlah, tabahlah, bertahanlah, dan bertakwalah kepada Allah. Semoga kalian menjadi orang-orang yang beruntung. Jika kalian melihat gendering perang telah ditabuh dan apinya telah berkobar, maka terjunlah ke medan laga dan serbulah pusat kekuatan musuh, pasti kalian akan meraih kemenangan dan kemuliaan, di dalam kehidupan abadi dan kekal selama-lamanya”.

Keesokkan harinya, mereka terjun ke medan laga dengan gagah berani. Jika ada seorang di antara mereka yang semangatnya mulai surut, maka saudara-saudaranya langsung mengingatkannya dengan nasihat Ibunda mereka yang telah tua renta, dengan begitu semangatnya berkobar kembali dan menyerbu musuh seperti singa yang mengamuk. Serangan-serangannya seperti siap melumat musuh-musuh-Nya. Mereka tetap berjuang dengan penuh semangat, hingga satu persatu berguguran menjadi syuhada.

Sebelum jatuh ke tanah dan meraih mati syahid, setiap orang dari putra Al-Khansa’ ra. Itu sempat melantunkan pernyataan yang dirangkai dalam bait-bait puisi:

Putra pertama berkata,

Saudara-saudaraku, wanita tua yang memberi nasihat itu

telah memberi nasihat kepada kita tadi malam

Nasihatnya sangat jelas dan pernyataannya lugas

Kalian akan berhadapan dalam pertempuran

Dengan bala tentara pasukan Sasan (Persia)

Mereka hanya seperti anjing yang melolong

 

Putra kedua berkata,

Sesungguhnya wanita tua itu

yang tekadnya bulat dan tegar itu

Telah menyuruh kita agar tetap teguh dan benar

Itulah nasihat yang menunjukkan kasih sayangnya kepada kita

Maka teruslah berperang dan habisi musuh sebanyak-banyaknya

 

Putra ketiga berkata,

Demi Allah, kita tidak akan melanggar sedikit pun nasihat wanita tua

Karena itu nasihat dan bukti kasih sayang yang tulus dan lembut

Kobarkan semangat perang dan serbulah pasukan musuh

Hingga kalian berhasil melumat pasukan Kisra habis-habisan

 

Putra keempat berkata,

Aku tidak pantas menjadi anak Al-Khansa’ dan Akhram

Aku tidak pantas menjadi orang terhormat yang membanggakan

Jika tidak berada di garis depan pasukan melawan pasukan ‘Ajam

Menyerbu tanpa rasa gentar dan melibas setiap rintangan

Ketika sang Ibunda mendengar berita kematian empat puteranya dalam hari yang sama, ia sama sekali tidak menampar pipi sendiri dan tidak pula merobek pakaiannya, melainkan menerima berita duka itu dengan penuh keimanan dan kesabaran.

“Alhamdulillah yang telah memberiku kemuliaan dengan kematian mereka. Aku berharap, Allah akan mengumpulkanku dengan mereka di tempat limpahan kasih sayang-Nya”, harap Al-Khansa’.

Di masa jahiliyah, Al-Khansa’ ra. Memenuhi dunia dengan tangisan dan keluh kesah atas kematian saudara kandungannya, Shakhr. Setelah ditempa oleh Islam dengan luar biasa ia sanggup merelakan empat putera kandungnya sendiri untuk meraih mati syahid dalam perang Qadisiyyah.

Ia begitu tulus dan tabah dengan pengorbanan besarnya itu demi meraih anugrah menjadi penghuni surga, karena Rasulullah Saw. pernah bersabda,

“Siapa yang merelakan tiga orang putra kandungnya (meninggal dunia), maka dia akan masuk surga. Seorang wanita bertanya, bagaimana jika hanya dua putra?, Rasulullah Saw. kemudian menjawab: ‘begitu juga dua putra”. (Diriwayatkan oleh Nasa’I dan Ibnu Hibban dari Anas radhiyallahu’anhu dalam kitab Al-Albani Shahiihul Jaami’ no 5969).

 Sumber :

Mahmud Al-Mishri, 35 Sirah Nabawiyah : 35 Sahabat Wanita Rasulullah saw., Al-I’tishom, 2012, Jakarta.

Teguh Pramono, 100 Muslim Terhebat Sepanjang Masa, Diva Press, 2012, Jogjakarta.

 

Rep : Sarah

Red: Kholili Hasib

Kritik Konsep Kebebasan dalam Paradigma Sexual Consent

Oleh : Jumarni* Beberapa media diramaikan dengan pro kontra terkait kebijakan dari Nadiem Makarim selaku...

Childfree dalam Pandangan Syara’

Oleh: Kholili Hasib* Childfree adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada seseorang yang memilih untuk...

Kesetaraan Gender dan Studi Islam (Bag.2)

Oleh: Ahmad Kholili Hasib* Secara akademik, studi Islam berbasis gender dilakukan melalui metode feminis, di...

- A word from our sponsor -

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.