Berkah Ramadhan

ramadan_mubarak2

Oleh : Wendi Zarman

Semua orang, apalagi orang Islam, sudah tahu bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah. Katanya, jangankan orang Islam, yang nonmuslim saja kecipratan berkah Ramadhan. Coba saja, perhatikan geliat kegiatan ekonomi. Meskipun logikanya bulan Ramadhan orang lebih sedikit berbelanja untuk makanan, kenyataan justru sebaliknya. Justru tempat-tempat yang menjajakan makanan, mulai dari lapak kayu di pinggiran jalan macet hingga restoran mewah di hotel bintang lima, hampir semua menuai untung berlipat saat Ramadhan. Itu baru di sektor makanan.

Di sektor industri seperti tekstil tidak kalah maraknya. Orang-orang berlomba membeli berbagai aneka pakaian dan kebutuhan sandang lainnya. Mulai dari anak-anak hingga dewasa, semua merasa inilah saatnya wajib berbelanja pakaian. Katanya, sunnah Nabi SAW menganjurkan orang untuk berpakaian terbaik ketika menyambut datangnya hari raya. Tidak salah memang, hanya saja niat mengikuti sunnah ini seringkali bercampur baur dengan nafsu hidup boros. Entah mana diantara keduanya yang dominan.

Di sektor angkutan tidak kalah menarik. Transportasi umum, khususnya angkutan mudik, mengalami kelebihan muatan menjelang dan seusai masa mudik. Pengelola angkutan mudik tersenyum gembira karena mereka mendapat dua keuntungan. Pertama, penumpang penuh, dan kedua margin keuntungan bertambah karena ongkos boleh dinaikkan. Orang tidak peduli, meski kantong sudah setipis kertas, bila bilangan hari Ramadhan sudah sehitungan jari di satu tangan, mudik menjadi sebuah fardhu ‘ain yang ‘dosa’ kalau ditinggalkan, berapapun biayanya.

Akibatnya, jalan apapun ditempuh. Kalau tidak punya uang, berhutang. Kalau tidak ada yang memberi hutang, gadaikan barang. Kalau tak ada barang yang bisa digadaikan, datanglah ke dealer motor. Pengusaha dealer dengan senang hati memberi leasing motor dengan uang muka super murah. Masalah bisa melunasi cicilan, itu urusan belakang. Kalau tidak mampu bayar, tinggal dikembalikan saja sepeda motornya. Atau kalau mau lebih murah lagi, gunakan sepeda motor yang dimiliki (jika punya) meskipun sepeda motor itu terbatuk-batuk setiap kali gasnya ditambah. Maka, ritual tour de java terbesar di dunia digelar setiap tahun seperti ini sudah selayaknya masuk dalam catatan “Guiness Book of Record”

Pendeknya, nyaris semua sektor bisnis menuai keuntungan berlipat (kecuali mungkin bisnis mesum atau hiburan malam, Ramadhan adalah waktu cuti mereka). Bisnis hiburan atau tempat wisata, peralatan rumah tangga, bisnis komunikasi, bisnis keuangan, sebutkan saja semuanya. Bahkan, dampak Ramadhan terhadap bisnis mengemis yang cukup dengan modal muka memelas dan pakaian lusuh pun tak kalah hebat. Itu semua katanya berkah Ramadhan, yang katanya berkah itu bukan hanya milik orang Islam tapi juga bagi mereka yang tidak menjalankan shaum.

Tapi, ada satu pertanyaan yang tersisa: inikah yang disebut berkah itu? Pikiran kita yang telah tercampur pandangan alam sekuler memang senang mengukur segala sesuatu dengan timbangan material atau aneka bentuk kemewahan duniawi. Kita katakan seseorang itu mendapat berkah ketika ia mendadak kaya karena lotere atau usahanya mendulang keuntungan berlipat. Kita katakan

seseorang mendapat berkah ketika ia mendapat jabatan yang cukup untuk berganti kendaraan terbaru setiap enam bulan sekali. Kita katakan seorang mendapat berkah ketika tembang ecek-eceknya ternyata laris manis di pasaran dan popularitasnya menjulang ke langit. Kita katakan seseorang mendapat berkah ketika menikahi seorang artis cantik yang tengah naik daun. Kita katakan seseorang mendapat berkah ketika ia diterima bekerja di perusahaan asing dengan gaji besar diluar fasilitas mewah lainnya.

Padahal berkah itu tidak pernah diindikasikan Allah melalui kesuksesan duniawi, sebab kesuksesan itu, meskipun terjadi dengan takdir-Nya, belum tentu merupakan sesuatu yang diridhai-Nya. Dan segala sesuatu yang tidak diridhai-Nya pastilah bukan sesuatu yang diberkahi-Nya. Sesungguhnya keberkahan itu sejatinya merupakan buah dari keimanan dan ketakwaan manusia kepada-Nya, dan oleh karena itu ia bisa menghampiri kondisi apapun baik mereka yang kaya ataupun miskin, mereka yang kesulitan maupun yang tengah lapang, dan mereka yang tengah berduka maupun bersuka. Allah berfirman yang artinya:

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. al-A’raaf : 96)

Maka dari itu, berkah Ramadhan itu datang pada orang-orang yang betul-betul bergembira dengan kehadirannya dan tersedu-sedu saat ditinggalkannya. Berkah Ramadhan itu datang pada orang-orang yang menyesal jika kehadiran Ramadhan tidak mampu menghapus dosa-dosanya sehingga ia betul-betul melaluinya dengan persiapan dan kesungguhan. Berkah Ramadhan itu datang pada orang-orang yang tidak terbujuk kepada keuntungan harta jika hal itu harus ditukar dengan kerugian jiwa-ruhaninya. Tegasnya, berkah itu datang dari ridha Allah dan segala perbuatan yang mengundang ridha-Nya.

Maka, sebelum Ramadhan sirna, mari bertanya : adakah Ramadhan ini membuat kita semakin dekat kepada ridha-Nya? Mudah-mudahan demikian. Jika memang demikian, maka itulah keberkahan Ramadhan yang sebenarnya.

Kritik Konsep Kebebasan dalam Paradigma Sexual Consent

Oleh : Jumarni* Beberapa media diramaikan dengan pro kontra terkait kebijakan dari Nadiem Makarim selaku...

Childfree dalam Pandangan Syara’

Oleh: Kholili Hasib* Childfree adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada seseorang yang memilih untuk...

Kesetaraan Gender dan Studi Islam (Bag.2)

Oleh: Ahmad Kholili Hasib* Secara akademik, studi Islam berbasis gender dilakukan melalui metode feminis, di...

- A word from our sponsor -

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.