Aktivis Muslimah : Dekati Pengguna Jil***bs Dengan Cara Baik

 

Ketua Gerakan Peduli Remaja (GPR) Suci Susanti mengamati Pengguna Jil***bs atau jilbab ketat adalah mereka yang masih bingung dalam pemakaiannya.

“Dari yang saya amati, para pemakai jilbab ketat ini adalah mereka yang memang sudah sadar jika jilbab adalah wajib bagi muslimah. Namun dalam prakteknya, mereka masih bingung”, ungkapnya saat diwawancarai the Center for Gender Studies (CGS) belum lama ini.

Ibu satu anak ini menilai ada dua hal yang menyebabkan mereka seperti itu. Salah satunya adalah karena pemahaman mereka yang baru sebatas menutup aurat.

“Pertama, mereka belum memahami makna jilbab syar’i. mengapa harus berjilbab syar’i dan kedua mereka sudah paham, tapi belum sanggup mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dan hal ini biasanya terjadi karena lingkungan yang ikut mendukung menggunakan jilbab ketat”, jelasnya.

Ia menyarankan agar umat Islam tidak menjauhi dan mengolok-olok mereka, karena menurutnya hal itu akan membuat mereka semakin jauh dan tidak simpatik.

“Menurut saya, kita sebagai yang sudah paham dengan batasan jilbab, sebaiknya tidak menjauhi mereka dan mengolok-olok mereka. karena hal itu akan membuat mereka semakin jauh dan menjadi tidak simpatik pada orang-orang yang telah paham agama. Dekati mereka dan nasehati mereka dengan cara-cara yang ahsan. Bukan justru menghakimi”, sarannya.

Ia sampai mengutip perkataan Said Hawa yang mengatakan berlakulah selayaknya seorang dokter. Ketika seseorang datang dengan penyakit kronis, maka sang dokter dengan serius dan penuh kesabaran berusaha untuk menyembuhkan. Bukan malah memarahi, mengejek dan menyuruh menyembuhkan penyakitnya sendiri

Senada dengan Suci, aktivis muslimah lainnya seperti Tetraswari Sridodo dan Ismy Pribadi sepakat agar mendekati dan menasehati para pemakai jilbab ketat dengan cara-cara yang baik

“Sudah saatnya para pendakwah meluruskan “cara berpakaian ini” dengan terus menerus menyampaikan cara berpakaian Muslimah dengan benar. Pengajian-pengajian harus banyak mengulas tema ini”, tutur Tetraswari, ibu lima anak yang juga peneliti CGS ini.

Begitu pula dengan Ismy Pribadi yang merupakan Trainer Kauny Quantum Memory.

“Tugas seorang muslimah ngingetin saudara kita yang mungkin ada yang belum syar’i”, ungkapnya.

Kritik Konsep Kebebasan dalam Paradigma Sexual Consent

Oleh : Jumarni* Beberapa media diramaikan dengan pro kontra terkait kebijakan dari Nadiem Makarim selaku...

Childfree dalam Pandangan Syara’

Oleh: Kholili Hasib* Childfree adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada seseorang yang memilih untuk...

Kesetaraan Gender dan Studi Islam (Bag.2)

Oleh: Ahmad Kholili Hasib* Secara akademik, studi Islam berbasis gender dilakukan melalui metode feminis, di...

- A word from our sponsor -

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.