Homoseksual dan Kehancuran Peradaban Barat

gereja-gay_friendly_church-thisisgender.com

Paus Fransiskus baru-baru ini mengeluarkan pernyataan kontroversial di kalangan gereja bahwa kaum gay harus diberi hak setara dengan manusia lainnya. Menurut Paus Fransiskus, tidak ada yang berhak menghakimi perilaku kaum gay, bahkan otoritas gereja sekalipun. “Tidak seharusnya kelompok gay terpinggirkan. Mereka justru harus diintegrasikan dengan masyarakat,” demikian kata Paus Fransiskus seperti dikutip tempo.co pada 30 Juli 2013 (http://www.tempo.co/read/news/2013/07/30/117500812).

Pernyataan pemimpin Umat Katolik sedunia ini  menunjukkan bahwa  peradaban Barat makin terancam. Lebih mengenaskan lagi, penyakit homoseksual dan lesbianisme justru mendapat legitimasi langsung dari pemimpin nomor satu Katolik.

Setelah sekian lama melobi otoritas Katolik, kaum gay akhirnya mendapatkan angin dari Paus Fransiskus yang cenderung berpikir sekuler. Karena itu, ia merasa tidak memiliki hak untuk menilai kaum gay. “Jika seseorang berorientasi gay (tapi tetap, peny.) mencari Allah dan memiliki niat baik, apa saya punya hak untuk menghakimi mereka?,” tuturnya lagi.

Sikap resmi Paus Fransiskus ini diprediksi akan mengubah paradigma Gereja Katolik sedunia yang selama ini belum sepakat mengenai hukum homoseksual. Beberapa waktu lalu, sejumlah pendeta di AS dan Eropa menyatakan diri sebagai gay. Padahal Paus yang sebelumnya, Paus Benediktus VXI menyatakan perkawinan sejenis pendeta terlarang. Ia pun menandatangani sebuah dokumen pada tahun 2005 yang mengatakan pria dengan kecenderungan homoseksual tidak boleh menjadi imam. Namun keadaan mungkin akan berbeda kini. Paus Fransiskus mengatakan, pendeta gay harus diampuni dosanya. Mereka juga berhak menjadi imam. Inilah ironi kalangan pendeta Katolik liberal, ternyata mereka lebih memilih kumpul kebo dengan pasangan sejenis daripada nikah secara agama. Otoritas Gereja Katolik ‘mengharamkan’ abdi gereja itu untuk menikah. Menikah  dengan pasangan lain jenis‘haram’, tapi homoseksualitas ‘halal’. Begitulah kira-kira pikiran Paus. Dengan demikian, sekulerisasi di lingkungan gereja semakin berada pada tingkat akut. Otoritas Gereja tidak lagi dianggap sebagai penghalang bagi kaum gay.

Di kalangan ilmuwan Barat sendiri, penyakit homoseksualitas dan lesbianisme pernah diperdebatkan sejak tahun 1970 dengan terbitnya tulisan Dr. Simon LeVay dalam majalah Science. Artikel ini mendapat publikasi yang luar biasa karena ia menulis tentang teori genetik homoseksual, sehingga menutupi kajian-kajian lainnya yang menafikannya. Sementara Jeffrey Satinover dalam bukunya Homosexuality and the Politics of Truth, menyebutkan 3 argumen pendukung “gay politics”, antara lain: homoseksual diturunkan secara biologis; homoseksual tidak dapat diubah secara psikologi; dan homoseksual normal secara sosiologis.

Melalui lobi sosio-politik, akhirnya mereka berhasil mendesak dan mempengaruhi APA (American Psychiatric Association) agar membuang entri homoseksual dalam DSM (Dianostic and Statistical Manual of Mental Disorders) yang menyebutkan bahwa homoseksual adalah penyakit yang dapat dirawat oleh psikiater.

Kajian dua ilmuwan itulah yang menyebabkan makin tersebarnya kaum gay dan lesbian. Karena mereka merasa perilaku mereka sudah dianggap normal oleh ilmuwan, sejak tahun delapan puluhan perilaku gay dan lesbi mulai marak di Barat. Para pemuda-pemudinya semakin enggan menikah secara normal. Selain berperilaku seks bebas di luar komitmen pernikahan, banyak juga dari mereka yang cukup mencari kepuasan seksual dengan pasangan sejenis. Fenomena ini pun berkontribusi pada menurunnya jumlah kelahiran di negara-negara Barat dan merupakan ancaman bagi peradaban modern.

Akan tetapi, teori Satinover itu kemudian dibantah para ilmuwan Barat lainnya. C. Mann menulis artikel mengenai “Genes and Behavior” dalam majalah Science bahwa faktor utama homoseksual adalah faktor lingkungan dan data-data yang digunakan untuk mengukuhkan teori genetik malah menunjukan betapa besarnya faktor non-genetik yang berperan. Kemudian, Byne, seorang psikiater yang memiliki ijazah dalam bidang biologi, dan Parson pada tahun 1993 menganalisa segala kajian biologi terhadap homoseksual dan menyimpulkan bahwa tidak ada bukti yang mendukung teori genetik tersebut.

Terlepas dari kelanjutan perdebatan para ilmuwan Barat, kajian mereka sepertinya ditutup oleh pemikiran liberal Paus Fransiskus. Kekacauan hebat akan menimpa Barat, jika pendapat sang Paus benar-benar akan diikuti kaum Katolik sedunia. Di samping semakin tersebarnya penyakit seksual, menurunnya regenerasi manusia pun akan menghancurkan peradaban sekuler Barat.

Mohammad Asad (Leopold Weiss) telah mengingatkan terhadap gaya peradaban Barat yang bersifat destruktif itu ancaman manusia. Ia menyatakan bahwa bahaya terbesar bagi eksistensi umat manusia, baik Muslim mapun sekuler, adalah kecenderungan pola pikir Barat yang anti-Tuhan, membuang agama, dan materialistis.

Menurut Asad, karakteristik Barat yang tidak mengenal pertimbangan akhirat, semangat berpikirnya menundukkan agama dalam dinamika sejarah, meniadakan nilai yang tetap, dan menundukkan nilai kepada dinamika budaya manusia inilah yang menjadi faktor utama penghancur peradaban manusia. Pernyataan Paus Fransiskus yang berupa larangan menghakimi kaum gay tidak lain adalah produk dari paradigma seperti itu.

Dalam Islam, perilaku gay dan lesbian sudah diatur agar manusia terhindar dari bencana. Perilaku tersebut dikutuk dan merupakan dosa besar. Hukum ini sifatnya tetap, tidak akan berubah sampai hari kiamat. Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya yang paling aku takuti (menimpa) umatku adalah perbuatan kaum Luth.”(H.R. Ibnu Majah). Dalam hadits yang lain, Ibnu Abbas meriwayatkan, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Allah melaknat siapa saja yang melakukan perbuatan kaum Luth, (beliau mengulanginya sebanyak tiga kali).” (HR: Nasa’i).

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan (ingatlah kisah) Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya; ‘Kenapa kalian melakukan perbuatan keji itu sedang kalian bisa berpikir? Mengapa kalian berhubungan dengan sesama lelaki untuk melampiaskan syahwat dan menelantarkan perempuan? Sebenarnya kalian adalah kaum yang bodoh’.” (QS.Al-Naml: 55).*

Penulis adalah kolumnis hidayatullah.com, aktif di InPAS Surabaya

 

 

Kritik Konsep Kebebasan dalam Paradigma Sexual Consent

Oleh : Jumarni* Beberapa media diramaikan dengan pro kontra terkait kebijakan dari Nadiem Makarim selaku...

Childfree dalam Pandangan Syara’

Oleh: Kholili Hasib* Childfree adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada seseorang yang memilih untuk...

Kesetaraan Gender dan Studi Islam (Bag.2)

Oleh: Ahmad Kholili Hasib* Secara akademik, studi Islam berbasis gender dilakukan melalui metode feminis, di...

- A word from our sponsor -

3 COMMENTS

  1. kalau homoseksualitas itu dilarang, kenapa Allah menciptakan orang-orang gay dan lesbian? aneh, mengapa menciptakan sesuatu yang dilarang.

  2. Dear Anya,
    Allah tidak pernah menciptakan Gay atau Lesbian, yang menciptakan Gay atau Lesbian itu ya si manusia itu sendiri, yang menentukan apakah dia mau Gay atau Lesbian itu ya manusianya. Selama ini banyak Gay dan Lesbian yang mengambil penelitian dari APA, bahwa Gay dan Lesbian itu genetik padahal ada penelitian lainnya yang telah membantah APA bahwa Gay dan Lesbian itu tidak genetik.
    Kalau Anya mau bahan-bahannya, silahkan tulis emailnya.
    Terima kasih 🙂

  3. Inilah yang dinamakan Guy Politics. Membiarkan orang orang percaya bahwa Homoseksual itu diturunkan lewat genetik. Penelitian penelitian yang menyatakan bahwa homoseksual itu diakibatkan oleh lingkungan dan pergaulan tidak diberikan publikasi secara memadai.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Previous article
Next article