Siapa yang tidak kenal Ummu Salamah? Janda terhormat bangsa Arab itu masuk ke rumah tangga Rosululloh, di awal malam sebagai pengantin dan di akhir malam sudah menggiling gandum.
Dia adalah wanita yang suci, berhijab, dan terhormat. Terkenal cerdas, pandai, memiliki pandangan tajam, dan pemahaman yang mendalam. Namanya Hindun binti Abu Umayyah bin Mughirah. Berasal dari keluarga yang mulia dan terpandang dari Bani Makhzum. Ayahnya adalah seorang tokoh Quraisy yang dikenal sangat dermawan dan pemurah. Hindun adalah sepupu pedang Alloh, Kholid bin Walid. Sekaligus sepupu Abu Jahal bin Hisyam. Dia termasuk wanita yang pertama kali hijrah. Sebelum menjadi istri Nabi SAW, ia menikah dengan saudaranya yang sholih, Abu Salamah bin Abdul Asad Al Makhzum. Pernikahannya dikarunia putra dan putri: Zainab, Salamah, Umar, dan Durrah.
Dalam Perang Badar, Abu Salamah ra. menjadi salah satu pahlawan. Setahun kemudian, terjadi Perang Uhud dan Abu Salamah terkena anak panah dan mengalami luka yang serius. Namun selang beberapa waktu, pada awal Muharram tahun 4 Hijriah, Rosululloh menunjuk Abu Salamah untuk memimpin pasukan Sarriyah melawan kabilah Arab yang mencoba menyerang kaum muslimin. Abu Salamah dan pasukannya berhasil membawa kemenangan. Tapi luka saat Perang Uhud kambuh sehingga tak lama setelah itu ia meninggal dunia.
Sebelum meninggal, Abu Salamah berkata pada Ummu Salamah, Jika ia meninggal lebih dulu, maka istrinya diminta menikahlah lagi. Abu Salamah pun berdo’a pada Alloh, jika ia mati maka berilah Ummu Salamah seorang suami yang lebih baik darinya, yang tidak akan membuatnya sedih dan tidak akan menyakitinya. Ketika ia meninggal dunia, Ummu Salamah berkata, “Siapakah yang lebih baik dari Abu Salamah?” Tetapi, tak lama kemudian, setelah selesai ‘iddahnya, Rosululloh datang ke rumahnya dan menyampaikan niat untuk meminang Ummu Salamah melalui keponakannya. Rosululloh membina rumah tangga dengan Ummu Salamah pada tahun ke-4 Hijriyah.
Perjanjian Hudaibiyah dan Kecerdasan Ummu Salamah yang Menguatkan Kedudukan Suami
Ummu Salamah ra. Pernah terlibat dalam beberapa peristiwa yang menunjukkan kecerdasan pikiranya. Salah satu peristiwa tersebut terjadi dalam kasus Hudaibiyah. Al Hafizh Ibnu Hajar menjelaskan dalam kitab Al-Ishaabah, “ Ummu Salamah dikenal memiliki paras yang cantik jelita, pikiran yang kuat, dan pandangan yang cerdas. Pandangan yang disampaikan olehnya pada Rosululloh SAW, pada peristiwa Hudaibiyah merupakan bukti yang paling jelas atas kekuatan dan ketajaman pikirannya.
Dalam peristiwa tersebut, terjadi perjanjian damai antara Nabi SAW dan kaum musyrikin Mekkah. Salah satu pasal perjanjian menyatakan bahwa jika ada orang dari kalangan musyrik Mekkah yang datang kepada Nabi (untuk bergabung), maka Nabi harus menolak dan mengembalikannya kepada kaum musyrik. Sebaliknya, jika ada seorang muslim yang ingin bergabung dengan kaum musyrik maka kaum musyrik boleh menerimanya.
Hal ini membuat para sahabat Nabi merasa sangat sedih dan kecewa. Bahkan, Umar bin Khottob memprotes keputusan Rosululloh. Ia menanyakan mengapa pihak muslimin bersedia direndahkan kaum musyrik. Rosululloh hanya menjawab, “Sesungguhnya aku adalah utusan Alloh dan aku tak mungkin mendurhakaiNya. Alloh akan menolongku.” Namun Umar tak puas dengan jawaban tersebut.
Setelah selesai menandatangani perjanjian damai dengan kaum musyrik, Rosululloh berkata kepada para sahabatnya untuk menyembelih hewan kurban dan bercukur rambut. Namun, saat itu tidak ada satupun sahabat yang berdiri dan melaksanakan perintah beliau, padahal Rosul mengulangi perintahnya sebanyak tiga kali. Ketika melihat gejala itu, Rosul masuk kemah dan menemui Ummu Salamah. Beliau menceritakan kejadian tersebut kepadanya. Ummul Mukminin faham bahwa suaminya sedang membutuhkan masukkan untuk mencari solusi.
Di sinilah Ummu Salamah menggunakan perannya dengan sangat baik. Wanita cerdas dan berpikiran matang ini menyelamatkan para sahabat dari berbuat durhaka kepada Rosululloh. Dia berkata, “Wahai Nabi Alloh, apakah engkau ingin para sahabatmu mengerjakan perintahmu? Keluarlah, dan jangan berbicara dengan siapapun sebelum engkau menyembelih hewan kurbanmu dan memanggil pencukur untuk mencukur rambutmu.”
Perhatikan bahasa Ummu Salamah. Dimulai dengan sebuah pertanyaan agar Rosululloh sempat berfikir sejenak, baru kemudian melanjutkan menyampaikan sarannya. Beliau sangat memahami kondisi psikologis Rosululloh yang siap mengubah sikapnya apabila arah pandangan perempuan (istrinya tersebut) lebih benar. Rosululloh pun mengikuti saran Ummu Salamah. Beliau keluar tanpa bicara dengan siapapun sampai menuntaskan semua yang disarankan istrinya. Ketika para sahabat melihat beliau melakukannya, maka mereka langsung bangkit. Mereka menyembelih hewan kurban masing-masing dan mencukur rambut sesama mereka.
Berkat pandangan Ummul Mukminin, Ummu Salamah, para sahabat selamat dari bermaksiat kepada Nabi. Dan perjanjian Hudaibiyah berakhir dengan Fathu Mekkah. Kemenangan kaum muslimin.
Sebagian besar perempuan percaya pada pemikiran bahwa musyawarah dan memberikan usul menunjukkan pada perhatian dan kepeduliannya. Inilah salah satu bentuk keteladanan bahwa kecerdasan dan kebijakan seorang Istri dalam menyampaikan pendapat bisa memperbesar keyakinan dan kekuatan suami.
Kecerdasan Ummu Salamah tidak membuatnya merasa lebih hebat dari suaminya sehingga berhak mengambil alih kepemimpinan dalam rumah tangga. Kepandaiannya tidak melemahkan, justru sebaliknya menguatkan kedudukan suaminya. Kepiawaian dan kebijaksanaannya tak membuatnya lupa diri bahwa ia tetap seorang istri yang peduli dan wajib melindungi martabat suaminya dan keselamatan orang-orang di sekitarnya. Serta, kecerdasannya mendorong suami tercinta agar senantiasa berpikir dan bertindak cerdas untuk kemaslahatan bersama.
Ed: Nunu Karlina
Referensi:
Disarikan dari buku 35 Sirah Shahabiyah. Mahmud Al Mishri, jilid I, hal. 239-249. Al Ithishom. 2011
Thariq Kamal An Nu’aimi, Psikologi Suami Istri, hal. 79 dan 162. Mitra Pustaka. 2011