Tanya:
Seorang teman mengirimi kami sebuah gambar yang isinya adalah pertanyaan seputar hijab. Apakah benar alasan kita berhijab agar kita semakin cantik?
Jawab:
Kalimat “Kamu lebih cantik kalau pakai hijab” atau yang senada dengannya sering sekali terlontar sebagai alasan untuk menyemangati muslimah yang ingin berhijab. Manis memang, menyesuaikan dengan jiwa manusia yang senang bila dipuji keelokannya. Tapi jika kita cermati lebih mendalam, kalimat itu mengajak kita melakukan sebuah ibadah bukan karena Rabb. Namun karena makhluk. Motivasi semacam ini adalah pondasi yang sangat rapuh.
Bayangkan jika alasan kita berhijab karena tergiur dengan kalimat-kalimat senada itu. Kemudian ada yang mengatakan kita tak seelok saat tak berhijab. Lantas apakah akan kita tanggalkan hijab kita? Atau ketika di suatu kesempatan kita membaca bahwa salah satu tujuan berhijab justru untuk melindungi kecantikan kita, sangat mungkin menyebabkan pondasi yang selama ini kita miliki akan goyah. Ujungnya kita jadi akan mempertanyakan, mengapa harus berhijab?
Memakai hijab adalah salah satu perintah Allah. Perintah kepada muslimah yang mempercayai Allah sebagai Tuhan, Pemilik diri dan hidup kita yang patut disembah dan didengarkan perintah-Nya. Ketika muslimah memakai hijab, dasar ia melakukannya haruslah karena ingin mentaati perintah dari Tuhan yang ia percaya. Bukan atas dasar kata orang, pujian, apalagi ikut-ikutan artis yang diidolakan. Jika kita melakukan sesuatu karena dorongan manusia, maka kita akan lelah dengan sendirinya. Sebab harus terus menerus menyesuaikan dengan manusia yang berubah-ubah.
Sementara jika dasarnya karena taat, karena mengharap cinta, meski ribuan manusia menentang kita tak akan goyah. Contohnya dalam memakai hijab. Ketika dasar memakai hijab adalah taat pada perintah Allah, maka meski beribu orang melarang kita berhijab, kita akan tetap memakainya karena ingin Allah mencintai kita. Sebab memahami hanya Allah yang memiliki kita. Allah yang memiliki hak penuh atas diri kita. Kita sebagai hamba akan berupaya sekuat tenaga untuk melaksanakan apa yang diperintahkan-Nya. Untuk meraih cinta-Nya.
Sebab kita faham, ketika Allah mencintai hamba-Nya, seluruh makhluk di langit dan bumi pun akan ikut mencintainya. Bukankah itu sebuah hal yang patut didambakan? Jauh dibandingkan penilaian manusia terhadap keelokan fisik kita maupun penilaian lainnya.
“Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuannya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niatnya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya)“(HR. Ibnu Majah)
Semoga Allah memberi kita kekuatan untuk melakukan segala kebaikan hanya karena-Nya semata, lillahi ta’ala.
(Tim CGS)